Selasa, 06 Desember 2011

Dua Sungai dan Tujuh Gunung di magelang

Dua Sungai dan Tujuh Gunung

Dua Sungai
Kota Magelang secara administrasi dibatasi oleh dua sungai besar, yaitu sungai Progo di sebelah Barat dan Sungai Elo di sebelah Timur.  Pembatasan administrasi terjadi pada tahun 1906, pada saat wilayah apitan aliran dua sungai (Progo dan Elo)  dijadikan  wilayah kota Magelang.

Jembatan Ngembik – KulonProgo,  Cacaban – Bandungan, Canguk – Tegalrejo
Kedua sungai ini sudah diceritakan pada Prasasti Tuk Mas (Dak Awu, Grabag, Kabupaten Magelang).  Dalam  prasasti Tuk Mas (500 M) diceritakan tentang sungai suci yang disamakan dengan Sungai Gangga.
Pada masa kerajaan Mataram Kuno, sungai juga dianggap suci.  Magelang (pada saat itu belum merupakan kota, masih berupa watak/wilayah dan wanua/desa) dipilih sebagai permukiman mungkin disebabkan karena posisinya diapit dua sungai yang dianggap suci yaitu Sungai Progo (Prayaga, Islamabad) dan Sungai Elo (Erawati, Elwat, Elwa, Elo, Birma).  Dua prasasti yang ada di Magelang, Prasasti Poh, 905 M dan Prasasti Mantyasih, 907 M, terletak di pinggir Timur Sungai Progo.
Tujuh Gunung
Magelang dikelilingi oleh tujuh gunung, yaitu  Sumbing, Merapi, Sindoro, Prahu, Ungaran, Telomoyo dan Merbabu serta dapat melihat deretan Pegunungan Menoreh.   Tujuh gunung ini membuat di setiap tempat masyarakat Magelang selalu melihat adanya gunung.

Gunung yang dilihat dari barat dan timur kota
Pada saat Mataram Hindhu, Prasasti Mantyasih menceritakan tempat suci yaitu  sumwing dan susundara.  Saat Mataram baru, posisi wilayah yang dikelilingi gunung membuatnya dipilih sebagai hunian dan tempat peristirahatan sementara  lereng gunung sebagai daerah perkebunan.
Pemerintah kolonial Belanda menjadikan view sebagai pertimbangan dalam membentuk kota Magelang.  Orientasi khususnya ke sebelah barat menjadi pertimbangan apalagi didukung adanya pegunungan Menoreh yang bisa dilihat di sebelah barat kota Magelang.  Pada saat terjadi perlawanan  local (perang Diponegoro), lembah Magelang dijadikan tempat mengintai pergerakan Pangeran Diponegoro dan kaumnya.  Salah satu bangunan yang berorientasi ke barat adalah Kompleks Karesidenan Kedu yang berada di sebelah barat kota dan pendoponya menghadap ke arah pegunungan dan gunung.

magelang kota toea

Magelang: Kota Tua dan Seni Tradisi

HL | 30 May 2010 | 14:06 479 6 1 dari 1 Kompasianer menilai Menarik
Magelang, dalam peta sejarah kota di Indonesia termasuk dalam kategori kota tua. Setidaknya, sudah menjadi pusat peradaban ketika wangsa Syailendra memilih Magelang sebagai tempat pembangunan Candi Borobudur, sebagai rangkain lanjut dari pembangunan Candi Mendut.
Pada masa kolonial, Magelang menjadi tempat perundingan Pangeran Diponegoro dan VOC. Dengan tipu daya, Pangeran Diponegoro menyerah dan kemudian dibuang ke pengasingan. Maka tidak usah heran, manakala kita Magelang, akan banyak menemukan legenda mengenai trah-trah yang mengaku sebagai keturunan para prajurit Pangeran Diponegoro. Berbagai makam yang diakui masyarakat sebagai pesarean prajurit Pangeran Diponegoro akan sangat mudah ditemukan, seperti di Kecamatan Tempuran dan Secang.
Sebagai kota tua, Kabupaten Magelang tentu saja memiliki karya-karya budaya yang cukup kuat dan terus hidup di masyarakat. Salah satu kesenian rakyat yang cukup khas adalah seni pentas Kubro Siswo. Kesenian ini sesungguhnya tidak berbeda dengan seni Debus, di daerah Jawa Barat. Pementasan yang menunjukkan kebolehan dan menjaga keseimbangan tubuh, seperti meniti tali dengan sepeda, menyembur dengan minyak tanah, sampai pada pertunjukkan kekuatan tubuh, seperti penebasan dengan pedang.
Seni ini bersandar pada tradisi Islam-Jawa, sehingga sepanjang pertunjukkan musik pengiringnya adalah gaya musik Jawa dengan menggunakan alat musik, seperti kendang dan bonang. Sementara lirik yang dinyanyikan puji-pujian kepada Rasulullah, semacam syair berbahasa Arab, kemudian diselingin dengan syiiran bahasa Jawa.
Kesenian yang juga tumbuh dan berkembang, jathilan dan ndayakan. Hampir di setiap desa memiliki kelompok kesenian ini, yang menjadi ajang pelestarian seni-budaya Jawa, khususnya Magelang.
Berbagai kegiatan kesenian tradisi ini juga mendapatkan ruang cukup memadai dan mendapatkan dukungan dari para pelaku seni di Magelang. Sebut saja, kegiatan tahunan Festival Lima Gunung, yang biasanya di pusatkan di desa Tutup Ngisor, Magelang. Festival ini merupakan kegiatan rutin yang menampilkan berbagai seni tradisi yang dikembangkan masyarakat desa. Momentum ini juga tidak jarang sebagai tempat menyuarakan berbagai kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanto Mendut dan Romo Kirjito, merupakan tokoh Magelang yang sangat mendukung kegiatan Festival Lima Gunung.
Selain itu, Tanto Mendut juga memiliki pagelaran sendiri, di rumahnya di Mendut. Di areal tidak terlalu lebar di belakang rumahnya, sering dilakukan pementasan seni tradisi dari berbagai kelompok kesenian di seluruh Kabupaten Magelang. Selain itu, tentu saja dilakukan berbagai pertemuan kesenian, yang tidak jarang juga tampil tokoh seni pada level internasional.
Keterpeliharaan seni tradisi, merupakan bagian penting dalam memelihara berbagai nilai substansial yang sangat penting dalam pengembangan hidup bersama dengan semangat menghargai keberagaman. Pluraslisme sebagai anak kandung bangsa ini, bisa terus direproduksi melalui dunia seni tradisi. Meski banyak orang yang juga mempertanyakan, masihkan seni tradisi tetap memiliki posisi sentral dalam pembentukan nilai-nilai masyarakat?
Keraguan semacam ini, syah-syah adanya, tetapi yang patut dipertanyakan, masih nalarkah pada era komunikasi dan informasi yang begitu cepat mempertanyakan sebuah entitas tertentu, sebagai pembentuk nilai tunggal? Saat ini, sama sekali tidak nalar melihat pembentuk nilai pada entitas tunggal. Keragaman informasi dan mudahnya akses informasi menjadikan pembentuk nilai-nilai bersifat beragam, dan tersebar-sebar. Situasi ini menjadikan manusia memiliki kemungkinan untuk memilih sumber-sumber nilai mana yang memiliki kemungkinan paling besar untuk menumbuhkan semangat pluralisme, menghargai keberagaman dan menjauhkan dari perilaku kekerasan.
Mungkin saja, suatu saat, agama sendiri akanj ditinggalkan orang untuk menjadi panduan dalam kehiduapan sosial-budaya-politik, manakala pengembangan selalu saja mengedepankan pendekatan kekerasan dan dominasi. Agama hanya akan tersingkir sebagai ritual individu, yang nilai-nilainya tidak lagi memiliki efek dalam pembentukan dan mengarahkan nilai-nilai sosial. Agama hanya akan menempati ruang komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Lain tidak.
Dalam pemahaman keberagaman sumber informasi ini, kita masih tetap meyakini, seni tradisi yang terus tumbuh dan bertahan di Magelang, tetap bisa mengambil sebagian peran dalam pembentukan nilai-nilai kemanusiaan bermanfaat bagi pembangunan hidup sosial yang beradab, bebas dari kekerasan dan penindasan sesama. Tidakkah berlebihan keyakinan ini? Entahlah, tetapi bermainlah ke Magelang, kita akan mendapatkan jawabannya dari para pelaku seni tradisi.

indahnya tempat wisata di magelang

 Wisata Kuliner di Magelang

Di Kota Magelang terdapat beberapa tempat jajan yang mempunyai kekhasan tersendiri, baik dari cita rasa makanan yang dihidangkan, maupun nilai historis yang dikandung di tempat tersebut. Menelusuri tempat jajan di Kota Magelang, ada yang khusus buka disiang hari dan malam hari.

Taman Kyai Langgeng

Taman Kyai Langgeng terletak di Kota Magelang, Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Cempaka. Merupakan satu-satunya taman di Kota Magelang dengan luas seluruhnya meliputi 28 hektar, letaknya sekitar 1 kilometer dari pusat kota ke arah selatan. Taman wisata ini memiliki ratusan koleksi tanaman langka yang bisa dimanfaatkan sebagai obyek penelitian, patung-patung Dinosaurus dalam ukuran asli, aneka fasilitas permainan, serta yang terbaru adalah prototipe pesawat terbang. Obyek wisata ini terletak sekitar 19 Kilometer dari Candi Borobudur, 35 kilometer dari Kopeng atau 50 Kilometer dari Candi Pramabanan dan 42 kilometer dari Monumen Jogja Kembali. Di Taman Kyai Langgeng, khususnya pada hari libur anda akan disuguhi dengan berbagai atraksi kesenian daerah maupun musik, selain arena permainan untuk anak-anak dan keluarga. Lebih jauh, kunjungi www.taman-kyailanggeng.com di sebelah Taman ini terdapat fasilitas Arung Jeram Progo Asri, dikhususkan bagi mereka yang menyukai petualangan dengan menelusuri Sungai Progo. Sepanjang 9 kilometer kita akan menikmati suasana pedesaan di tepian Sungai Progo sekaligus menikmati jeram-jeramnya. Petualangan ini bisa dinikmati setiap hari dari pukul 08.00 sampai 14.00 tentu saja dengan melihat kondisi perairan di Sungai Progo. Anda akan didampingi oleh pemandu yang telah berpengalaman serta memperoleh fasilitas lain seperti makan, asuransi dan tranportasi kembali ke pos pemberangkatan.

Pecinan atau Jl. Pemuda & pusat belanja

Jalan Pemuda atau yang lebih dikenal dengan nama Pecinan sering disebut Malioboro-nya Magelang. Pecinan ini merupakan pusat perbelanjaan sekaligus bisnis yang ada di Kota Magelang. Di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang 1,5 kilometer ini berdiri banyak toko dan minimarket serta restoran. Pecinan terdiri atas 2 ruas jalan. Ruas pertama adalah ruas jalan untuk kendaraan bermotor yang merupakan ruas jalan satu arah. Sedangkan satunya lagi merupakan jalan khusus untuk becak. Ruas jalan ini dulunya dilalui kereta api yang kini sudah tidak ada lagi di Magelang. Pecinan merupakan landmark Magelang di samping tempat lainnya. Yang jelas di ruas jalan ini tidak ada satupun ruang kosong karena semuanya telah dipadati oleh pertokoan. selain itu sekarang di kota magelang sudah membangun lapangan golf internasional tepatnya jadi pada tahun 2006 yang bernama "Borobudur International Golf".magelang juga memiliki stadion sepak bola "ABU BAKRIN" Saat ini sejak 2011 juga telah didirikan pusat perbelanjaan Mall "ARTOS" (Armada Town Square)' yang merupakan Mall pertama di Magelang.

[sunting] Akademi Militer (AKMIL)

Akademi Militer (Akmil) adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Darat di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Akademi Militer mencetak Perwira TNI Angkatan Darat.

[sunting] Bukit Tidar

Merupakan Bukit yang terletak di Bagian Magelang Selatan dan terletak di dalam kompleks Akademi Militer, dan terkenal sebagai Paku pulau jawa, di sini juga terdapat beberapa makam dan petilasan leluhur masyarakat Magelang; salah satunya adalah petilasan penyebar agama Islam di Jawa Tengah yakni petilasan Syekh Subakir dari persia. Bukit Tidar memang tidak terlalu tinggi, tapi pohon-pohonan di sini berfungsi sebagai paru-paru kota sehingga udara Kota Magelang selalu segar,dari sini juga anda dapat menikmati pemandangan Kota Magelang dari atas Tugu Akademi Militer. Letak Bukit Tidar tepatnya di Kelurahan Magersari, kecamatan Magelang Selatan. Untuk mengunjunginya anda bisa melewati dua jalan,yaitu lewat Pasar Burung dan lewat samping Akademi Militer dengan naik angkot jalur 6, 8, 10, dari Terminal Soekarno-Hatta turun di Perempatan Pasar Burung, untuk melalui jalan samping Akademi Militer anda dapat melanjutkan perjalanan dengan angkot jalur 2 setelah turun di Shopping Centre. Sekarang telah dibangun jalan pintas menuju bukit tidar tempatnya di belakang terminal lama.

[sunting] Taman Badaan

Merupakan salah satu taman yang ada di Jl. Pahlawan selain Kyai Langgeng yang ada di Kota ini. Taman Badaan lebih terpusat pada rekreasi anak - anak, hal ini dibuktikan dengan banyaknya patung gajah, jerapah dan lainnya yang mengundang minat anak-anak. Di sini terdapat beragam jenis bakso, mulai bakso tenis sampai bakso yang super kecil.

[sunting] Alun-alun Kota Magelang

Alun-alun Kota dijadikan sebagai pusat Kota Magelang karena letaknya yang sangat strategis di tengah kota. Banyak sekali kendaraan angkutan kota dengan berbagai jalur melewatinya. Dari alun-alun ini orang dapat menjangkau Pecinan atau Jl. Pemuda. Kawasan Pecinan merupakan salah satu kawasan pusat perdagangan di KOta Magelang, yang sudah ada sejak zaman pemerintah Kolonial Belanda. Di sekelilingnya berdiri banyak sekali pusat perbelanjaan dan tempat umum lainnya. Di sebelah timurnya ada Matahari dan Gardena swalayan serta Magelang Theatre yang merupakan satu-satunya bioskop yang ada. Di sebelah utaranya berdiri dengan megah Trio Plaza dan Bank BCA. Selain kedua bangunan tersebut, di sisi utara juga terdapat gereja untuk pemeluk agama kristen. Sementara di sebelah selatan ada Kantor Polresta Magelang, Bank Jateng dan klenteng Magelang. Sementara di sebelah barat atau yang sering disebut alun-alun barat ada sebuah masjid yang terbesar di Magelang, tempat ini sering dinamakan Kauman. Sebelah utara Kauman, terdapat gereja katholik dan pastoran. Alun-alun Kota Magelang selain sebagai pusat kegiatan publik, juga dipandang sebagai simbol kerukunan beragama, yaitu dengan adanya beberapa sarana peribadatan untuk agama Islam, Ketholik, Kristen dan Konhuchu. Sementara di sudut sebelah barat laut ada menara air yang merupakan peninggalan Belanda. Menara air ini menjulang setinggi lebih kurang 15 m. Dan sekarang ini menara tersebut digunakan oleh PDAM Kota Magelang sebagai tempat penampungan air yang sanggup memenuhi kebutuhan akan air bagi warga Kota Magelang. Menara air minum, dengan desain kolonial yang unik, saat ini djadikan sebagai salah satu land mark Kota Magelang. Alun-alun ini sekarang dibuka untuk umum bagi warga Magelang. Biasanya digunakan untuk bersantai di sore hari, tempat penyelenggaraan konser band atau untuk upacara hari besar kenegaraan. Namun alun-alun ini sebelumnya tidak dibuka untuk umum dan hanya digunakan untuk upacara-upacara tertentu. Pada tahun 2002, Pemerintah Kota Magelang menyusun Master Plan Alun-Alun Kota Magelang, yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk kegiatan renovasi Alun-Alun. Konsep dasar master plan tersebut adalah untuk menjadikan Alun-Alun sebagai pusat kegiatan publik bagi warga kota.

[sunting] GOR Samapta

GOR (Gedung Olah Raga) Samapta terletak di wilayah Kecamatan Magelang Utara. Saat ini lingkungan sekitarnya, yang dkenal dengan Kawasan GOR Samapta, mulai ditata dan dibenahi karena pada kawasan ini akan dibangun beberapa sarana olah raga, di antaranya adalah: Stadion Madya dengan kapasitas 15.000 penonton, Kolam Renang standar Internasional kapasitas 5.000 penonton, Wisma Atlet, Lapangan Tennis Indoor, serta beberapa sarana olah raga dan rekreasi lainnya. Penataan dan pembenahan mulai dilakukan dengan membuat akses jalan baru yang lebih lebar. Saat ini, akses menuju GOR ini dapat ditempuh melalui 2 akses jalan, yaitu 1) Jl. Kapt. S. Parman—melewati Universitas Tidar—selanjutnya ke Jl. Tentara Geni Pelajar (melewati Griya Asri); dan akses ke-2) Jl. Jeruk—RSI—GOR. Pengembangan Kawasan GOR Samapta juga ditujukan untuk menyebarkan keramaian kota agar tidak terkonsentrasi di kawasan pusat kota. Wilayah di sekitar GOR Samapta sangat ideal untuk kawasan olah raga, selain karena hawanya cukup sejuk, serta tidak bising meski berada di dalam kota. Hal ini dikarenakan posisinya yang berada di sisi timur atas Sungai Progo, serta tiupan angin gunung yang berasal dari arah Gunung Sumbing. Dari Kawasan GOR Samapta, yaitu pada sisi yang bersinggunan dengan Sungai Progo, nantinya dapat dikembangkan sebagai starting point untuk olah raga arung jeram. Sayangnya proses pengadaan tanah untuk proyek GOR ini sarat dengan percaloan tanah yang sangat merugikan masyarakat.

[sunting] Taman Panca Arga

Panca Arga merupakan perumahan dimana para pemimpin dan anggota TNI-AD yang berkantor di AKMIL. Panca Arga berasal dari Panca berarti lima dan Arga berarti gunung. Dengan kata lain, Panca Arga adalah kawasan yang dikelilingi lima gunung besar. Seperti gunung Sumbing, gunung Merbabu, dan gunung Merapi yang saat ini merupakan salah satu gunung yang paling aktif di Pulau Jawa. Dan gunung Tidar-lah gunung yang terletak di tengahnya. Panca Arga tidak hanya merupakan perumahan TNI-AD. Di sana terdapat sekolahan dan taman rekreasi yang cukup terkenal bernama "Taman Rekreasi Panca Arga". Di taman tersebut bukan hanya terdapat ayunan dan berbagai macam jenis permainan anak saja. Namun terdapat tank-tank peninggalan Belanda dan meriam-meriam yang digunakan saat perang kemerdekaan Indonesia. Dengan begitu, selain sebagai taman bermain anak, taman Panca Arga merupakan salah satu sarana untuk menanamkan jiwa kemerdekaan, nasionalisme dan rasa hormat terhadap para pejuang TNI-AD yang gugur di medan perang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

 

Kamis, 27 Oktober 2011

KALENDER MANCHESTER CITY